SELAMA ini yang kita ketahui bahwa guru Madrasah Diniyah (MADIN) maupun Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPQ), mengabdikan diri dengan ikhlas tanpa pamrih. Para Ustadz-Ustadzah memperjuangkan agama Islam dengan sukarela. Seperti yang telah ditemui di Dusun Beton, Desa Megale banyak sekali tempat-tempat mengaji. Diantaranya diselenggarakan di Masjid, Mushalla, Madrasah Diniyah, bahkan ada yang didalam rumah Ustadz-Ustadzahnya.
Mencari guru agama tidak semudah mencari guru Lembaga Pendidikan sekolah. “Guru agama harus benar-benar mengerti dan memahami tentang agama Islam, agar tidak salah menafsirkan syari’at agama Islam serta menyesatkan umat manusia”. Tutur salah seorang warga Dusun Beton yang berinisial T.
Beberapa tahun belakangan ini hingga sekarang, Pemerintah Kabupaten (PEMKAB) Bojonegoro telah menyejahterakan guru-guru MADIN maupun TPQ. Banyak hal juga yang harus dipenuhi sebagai syarat memperoleh Bantuan Operasional Sekolah Daerah (BOSDA). “Diniyah akan mendapat dana BOSDA jika kita memenuhi syarat penyetoran data-data santri” Jelas Lilik, Kepala MADIN Nurul Qolbi Beton sebelum mengajukan data santrinya untuk yang pertama kali.
“Kita harus membuat data santri sesuai dengan realita, jika santri itu tidak mengaji ditempat kita, jangan menambahkan data santri demi memperoleh BOSDA lebih banyak. Uang hanya sekejap kita peroleh, tetapi bisa menjadi derita nantinya”. Imbuh Linda, salah seorang guru MADIN Nurul Qolbi Beton.
Ternyata dari 5 MADIN yang ada di Dusun Beton ada beberapa yang melakukan kecurangan. Agar memperoleh dana BOSDA yang banyak, beberapa MADIN memalsukan data. Nama santri yang sudah didata oleh MADIN tertentu dibuat data lagi oleh MADIN yang lain, hingga akhirnya terjadi data ganda yang mana nama satu santri memiliki dua nama dari MADIN yang berbeda. Masing-masing MADIN tersebut memperoleh dana sesuai data yang disetorkan.
Ali Nukman, kepala Koordinator Kecamatan (Korcam) Kedungadem mengatakan bahwa Dusun Beton selalu memusingkan ketika penyetoran data yang berhubungan dengan uang. Padahal sebagai guru agama mengerti kalau suatu kebohongan adalah dosa. Tetapi karena uang, kebohongan menjadi hal yang biasa.
“Saya berharap kalau Korcam Kedungadem menyurvei disetiap MADIN yang ada di Dusun Beton. Dengan langkah itu, akan terlihat mana data yang valid dan mana data yang palsu”. Linda menegaskan. “Diniyah Nurul Qolbi sudah berlaku jujur tanpa memalsukan satupun data justru malah tidak dipercaya”. Imbuhnya dengan suara lantang.
Gara-gara uang, MADIN sekarang malah disalah gunakan sebagai bisnis untuk mendapatkan keuntungan golongan. Tidak peduli apakah yang dilakukan itu langkah yang benar atau langkah yang salah. “Orang yang jujur dikatain bohong, tetapi orang yang melakukan kebohongan malah dianggap benar”. Ucap Lisa yang juga salah satu guru MADIN Nurul Qolbi. “Semoga ada tindak lanjut dari Korcam untuk meneliti kebenaran” Tegasnya lagi.
Mencari guru agama tidak semudah mencari guru Lembaga Pendidikan sekolah. “Guru agama harus benar-benar mengerti dan memahami tentang agama Islam, agar tidak salah menafsirkan syari’at agama Islam serta menyesatkan umat manusia”. Tutur salah seorang warga Dusun Beton yang berinisial T.
Beberapa tahun belakangan ini hingga sekarang, Pemerintah Kabupaten (PEMKAB) Bojonegoro telah menyejahterakan guru-guru MADIN maupun TPQ. Banyak hal juga yang harus dipenuhi sebagai syarat memperoleh Bantuan Operasional Sekolah Daerah (BOSDA). “Diniyah akan mendapat dana BOSDA jika kita memenuhi syarat penyetoran data-data santri” Jelas Lilik, Kepala MADIN Nurul Qolbi Beton sebelum mengajukan data santrinya untuk yang pertama kali.
“Kita harus membuat data santri sesuai dengan realita, jika santri itu tidak mengaji ditempat kita, jangan menambahkan data santri demi memperoleh BOSDA lebih banyak. Uang hanya sekejap kita peroleh, tetapi bisa menjadi derita nantinya”. Imbuh Linda, salah seorang guru MADIN Nurul Qolbi Beton.
Ternyata dari 5 MADIN yang ada di Dusun Beton ada beberapa yang melakukan kecurangan. Agar memperoleh dana BOSDA yang banyak, beberapa MADIN memalsukan data. Nama santri yang sudah didata oleh MADIN tertentu dibuat data lagi oleh MADIN yang lain, hingga akhirnya terjadi data ganda yang mana nama satu santri memiliki dua nama dari MADIN yang berbeda. Masing-masing MADIN tersebut memperoleh dana sesuai data yang disetorkan.
Ali Nukman, kepala Koordinator Kecamatan (Korcam) Kedungadem mengatakan bahwa Dusun Beton selalu memusingkan ketika penyetoran data yang berhubungan dengan uang. Padahal sebagai guru agama mengerti kalau suatu kebohongan adalah dosa. Tetapi karena uang, kebohongan menjadi hal yang biasa.
“Saya berharap kalau Korcam Kedungadem menyurvei disetiap MADIN yang ada di Dusun Beton. Dengan langkah itu, akan terlihat mana data yang valid dan mana data yang palsu”. Linda menegaskan. “Diniyah Nurul Qolbi sudah berlaku jujur tanpa memalsukan satupun data justru malah tidak dipercaya”. Imbuhnya dengan suara lantang.
Gara-gara uang, MADIN sekarang malah disalah gunakan sebagai bisnis untuk mendapatkan keuntungan golongan. Tidak peduli apakah yang dilakukan itu langkah yang benar atau langkah yang salah. “Orang yang jujur dikatain bohong, tetapi orang yang melakukan kebohongan malah dianggap benar”. Ucap Lisa yang juga salah satu guru MADIN Nurul Qolbi. “Semoga ada tindak lanjut dari Korcam untuk meneliti kebenaran” Tegasnya lagi.
2 komentar:
menurut saya itu bukan suatu kebohongan,kecurangan,ataupun ketidakjujuran...kalau ada nama anak yg didata lbih dari satu madin itu karena anak trsbut bsa jdi mmang mengaji di ke2 tmpat tsb(disatu madin mengaji siang dn di madin lain mengaji malam)... jadi jangan lgsung menjudge ada madin yg brbuat curang ataupun bohong...
Sy spakat dengan saudara Faisal.
Klw gk tahu tentang madin jgn celoteh dan banyak tingkah.
Posting Komentar