Setiap tahun dipastikan Desa Megale mengalami kekeringan, hampir seluruh warga Desa Megale tiap musim kemarau terpaksa membeli air untuk kebutuhan
sehari-hari, bahkan ada yang rela mengambil air di Kecamatan Kedungadem yang
jaraknya kurang lebih 5 Kilo Meter ( KM ) dari Desa Megale, menurut penuturan Bpk. Sakiran ( 52 Tahun ). Yang selama 12 Tahun tiap musim kemarau menjual air dengan drigen untuk warga desa Megale,
padahal, disisi lain air sungai
yang mengitari rumah warga sangat melimpah pada musim hujan. Melihat hal itu, tahun 2004 yang lalu Abdullah, salah seorang warga Dusun Jintel dengan modal sendiri mencoba membuat sumur dan embung kecil untuk
mengatasi masalah tersebut, namun karena
keterbatasan dana yang dimiliki sumur dan embung tersebut hanya mampu mencukupi
kebutuhan satu RT atau sekitar 25 rumah saja,
![]() |
Kondisi Warga tiap Musim Kemarau tiba |
![]() |
Menunggu giliran hingga tengah malam |
![]() |
Warga sedang mengantri |
Melihat manfaat yang besar untuk masyarakat Pemerintah Desa membangun cekdam untuk mengatur air sungai agar tidak cepat mengering pada musim kemarau.
Namun air bendungan cekdam hanya bisa di gunakan untuk mengaliri beberapa sawah penduduk dan belum layak di jadikan air bersih untuk kebutuhan sehari-hari.
![]() |
Cekdam Desa Megale |

Dengan keterbatasanya, Pam Mandiri Desa Megale sudah mampu memasok air secara gratis sekitar 160 rumah yg
mengkonsumsi air se-banyak 30 Meter kubik perhari.
Dengan kebutuhan air sebanyak itu Pam Mandiri desa megale sempat mengalami pembengkakan dalam biaya oprasionalnya, sehingga di adakan musyawarah untuk mengatasi hal tersebut dan menghasilkan kesepakatan untuk biaya operasional dan biaya perawatan, maka pelanggan atau orang yang mengkonsumsi Pam Mandiri di kenai biaya 1500 /m3,Melihat hasil yang nyata dari pembangunan Pam mandiri ini yang sangat bermanfaat untuk masyarakat,
maka pada bulan Juni Tahun 2014, diusulkan kepada Pemerintah Desa Megale untuk
membantu proses pembangunan yang masih berjalan, dan Pemerintah Desa memberi
bantuan sebesar Rp 50 juta pada pertengahan bulan 08 tahun 2014 untuk
perbaikan alat penyaringan dan pipa
saluran air.
Dengan kebutuhan air sebanyak itu Pam Mandiri desa megale sempat mengalami pembengkakan dalam biaya oprasionalnya, sehingga di adakan musyawarah untuk mengatasi hal tersebut dan menghasilkan kesepakatan untuk biaya operasional dan biaya perawatan, maka pelanggan atau orang yang mengkonsumsi Pam Mandiri di kenai biaya 1500 /m3,Melihat hasil yang nyata dari pembangunan Pam mandiri ini yang sangat bermanfaat untuk masyarakat,
![]() |
Abdullah sedang memasang Pipa Saluran PAM |
Saat ini Pam Mandiri Desa Megale sudah berjalan dalam
tahap perluasan dan pengembangan agar bisa lebih menjangkau pada masyarakat
luas. Pembangunan Pam Mandiri ini menjadi berkah tersendiri bagi penduduk Desa
Megale, namun baru bisa memasok 2 dusun saja yaitu: dusun njintel dan dusun
megale itu pun belum sepenuhnya, karna masih terkendala peralatan khususnya
pipa poros untuk penyaluran air.
![]() |
Torn PAM Mandiri Megale |
Proses penyaringan air di Pam Mandiri Desa Megale :
1.
Air dari Embung yang di pasok dari aliran sungai cek
dam
2.
Dari embung masuk proses penyaringan pertama yang
berisi batu koral + ijuk
3.
Pada penyaringan kedua berisi koral + pasir
4.
Penyaringan ketiga berisi batu koral, karbon/ arang,
dan pasir
5.
Pada proses terakhir ini, air di tampung dalam Tandon
dan di naikkan dalam Torn ( tampungan air ) setinggi 10 meter sebelum di
alirkan ke rumah warga. Seperti yang dituturkan Abdullah dan Warga, Kepala Desa Megale juga membenarkan hal ini, saat ditemui dikediaman oleh Tim Kim.
0 komentar:
Posting Komentar